MEMANUSIAKAN MANUSIA (INSAN) PASCA STROKE

MEMANUSIAKAN MANUSIA (INSAN) PASCA STROKE

Hal mendasar yang membedakan manusia dari binatang adalah akal budinya, dengan akal-budinya manusia dapat membedakan hal-hal yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, jadi secara filosofis manusia adalah adalah binatang yang berakal budi, oleh karena itu ada ungkapan kasar bagi seorang manusia yang telah kehilangan akal-budinya sebagai manusia yang berhati binatang.
Tatkala seorang manusia terkena serangan stroke (stroke attack), maka yang terserang adalah bagian otaknya yang merupakan pusat kendali bagi seluruh tubuh serta fikirannya, besarnya kerusakan pada otak akan mengakibatkan seberapa besar kehilangan-kendalinya atas bagian-bagian tertentu dari tubuh serta fikirannya, namun ia tidak kehilangan akal-budinya, ia tetap seorang manusia dengan akal-budinya.

Akibat kehilangan kendali atas bagian-bagian tertentu dari tubuh serta fikirannya, maka seorang insan pasca stroke mungkin tidak lagi dapat melakukan gerakan secara sempurna pada bagian tubuh tertentu, seperti pada kaki, tangan, mulut dan sebagainya, namun disamping itu ia mungkin juga akan mengalami kemunduran pada aspek-aspek tertentu dari cara berfikirnya, ia bisa saja akan mengalami “kelupaan” memori-memori tertentu dalam hidupnya bahkan mungkin saja ia akan mengalami perubahan-perubahan tertentu pada prilakunya.
Di rumah-sakit rumah-sakit, khususnya di Indonesia, rehabilitasi (pemulihan-kembali) bagi insan pasca stroke berorientasi pada latihan-latihan untuk mengatasi hambatan fisiknya semata, bagaimana berlatih menggerakkan kaki, tangan dan mulut, tetapi latihan-latihan untuk mengatasi hambatan-hambatan non fisiknya hampir sama sekali tidak tersentuh.
Peran insan pasca stroke dalam proses rehabilitasi bagi dirinya sendiri lebih cenderung sebagai obyek dari pada sebagai subyek, ia akan diperlakukan seolah-olah sebagai seseorang yang sudah tidak berdaya lagi yang selalu memerlukan bantuan dan pengarahan orang lain, bagai seorang anak kecil yang harus selalu “diemong” oleh baby-sitter nya.
Rehabilitasi seharusnya berorientasi kepada tercapainya suatu tingkat kemandirian, kepercayaan diri serta produktivitas dari seorang insan pasca stroke, sehingga dapat melakukan aktifitas sosial ditengah masyarakat (salah satu tujuan dari organisasi Klub Stroke) dengan demikian seorang insan pasca stroke akan diperlakukan sebagai seorang manusia yang berakal-budi.
Paradigma yang memerankan insan pasca stroke sebagai obyek semata sudah selayaknya diperbaharui dengan paradigma baru yang lebih memerankan insan pasca stroke sebagai subyek yang berorientasi kepada hambatan fisik maupun hambatan non fisiknya, sehingga seorang insan pasca stroke juga akan memperoleh latihan-latihan motivasi, bagaimana menumbuhkan percaya diri, mengatasi serta menghindari emosi serta latihan-latihan koordinasi ataupun kalkulasi dan sebagainya.
Pada hakekatnya diperlukan sebuah paradigma baru yang lebih memanusiakan manusia (Insan) pasca stroke, sehingga setiap insan pasca stroke akan sadar sesadar-sadarnya, bahwa stroke bukan akhir dari segalanya.

This entry was posted in OPINI. Bookmark the permalink.

4 Responses to MEMANUSIAKAN MANUSIA (INSAN) PASCA STROKE

  1. ummumuvidah says:

    saya se7 sekali dengan judul tulisan ini. Kebetulan sekali Ayah, Ibu mertua, 2 Pakde, Bulek ipar, & masih ada yang lain, tetangga saya terserang stroke. Yang menuntut saya & lingkungan harus extra sabar hidup bersama orang2 pasca stroke yang pra stroke bisa jaga makanan & lifestyle yang baik, tapi ketika terserang, dalam masa2 pemulihan justru menu makannya yang diminta yang dulu amat2 dipantangi, seperti gule, sate, kopi, dls. Kesannya seperti putus asa. Cara berbicaranya kalau dulu santun sekarang malah seperti sengaja mengompori emosi negatif yang melayani atau orang2 disekitarnya. Suka mengadu atau membanding2kan antara satu anak atau siapa saja yang melayani dengan yang lain. Hhhhh… kalau saja tidak ingat bahwa orang itu pasca stroke & ketidaksabaran lingkungannya, mungkin akan diladeni sikap para pasca stroke itu & membuat lingkungannya stress abis. Benar, jika orang pasca strokepun harus memahami keadaan dirinya, bukan saja harus menuntut kesabaran & dukungan lingkungannya.

    • MulyoHadi says:

      tulisan ini sesuai dengan pemikiran saya yang merasakannya sendiri malahan saya berpendsapat jangan hanya PT dan OT saja tapi sudah perlu penanganan psycholog dalam After Care terapinya sehing setelah lulus terapi sudah benar2 tuntas mentalnya physik dan otak serta perasaannya Mulyo Hadi IPSjuga

  2. ibu Ummu,
    Saya ikut prihatin begitu banyak kerabat yang terkena serangan stroke di lingkungan anda. Apakah strokenya karena darah tinggi, kholesterol, ataukah diabetes ?. menurut kawan saya yang ahli di bidang psikologi dan sudah menghadapi ratusan penderita pasca stroke, memang banyak IPS (Insan Pasca Stroke) yang down banget secara psikologi, bahkan hampir semuanya pernah mengalami. bagi yang terserang otak kirinya (lumpuh bagian kanan), akan menjadi sangat sensitif, impulsif. bisa sangat mudah menangis sedih ataupun menjadi sangat mudah meledak2 dan marah2 tidak terkendali. Namun bila coba kita rasakan sebagai mereka, sebetulnya kemarahan tersebut lebih banyak ditujukan kepada diri sendiri yang frustasi tidak mampu mengerjakan hal-hal yang dulu bisa dilakukan. Untuk itulah di jakarta banyak dibentuk klub-stroke yang dikelola oleh mereka sendiri, baik yang berbasis masyarakat (contoh : Klub Stroke Kelurahan Pulogadung) ataupun yang berbasis Rumah Sakit (Klub Stroke RSPAD, RSPPertamina, RSCiptoMangunkusumo, RSPersahabatan, RSFatmawati, RS Pusrehabcat, RS GlenEagles, RSKaryabakti-Bogor). bila kerabat anda berada di jkarta seyogyanya diajak bergabung dengan klub stroke terdekat. Dengan demikian, dia tidak akan merasa sendirian dan banyak yang bernasib sama untuk akhirnya dia bisa lebih nrimo dan terbuka, dan bisa lebih mampu mengontrol impuls kemarahan dan kesedihan yang ada.
    Semoga…..bisa membantu masalah keluarga anda.

  3. adelina pisca says:

    ayah saya baru saja trkena stroke, kondisinya masih koma , kira2 apakah ayah saya dapat pulih sprti dulu?

Leave a reply to dr.Tonny Alkalifi, Cancel reply